Posting di blog belajar marketing dan sharing marketing ideas kali ini mengenai salah satu trend di pasar gadget telekomunikasi sekarang adalah Blackberry. Demam Blackberry juga terjadi di Indonesia. Karena harganya masih relatif cukup tinggi, maka pada beberapa segmen pelanggan mencari alternatif untuk memperoleh “Blackberry” dengan membeli gadget serupa dari produsen selain RIM (Research In Motion). Produsen yang merilis gadget serupa kini cukup banyak, baik produsen lokal maupun beberapa produsen dari Cina, Korea dan Eropa. Gadget serupa dari produsen lokal atau dari Cina dicari karena memberikan harga yang jauh lebih ekonomis. Beberapa jenis gadget serupa yang dirilis bundling dengan layanan dari beberapa operator telekomunikasi tersedia dengan harga di kisaran 1 juta-an, jauh dari harga Blackberry RIM yang ada di kisaran 4 juta-an atau lebih, tergantung tipe. Walaupun ada beberapa Blackberry ilegal yang dijual di bawah harga 4 juta, terutama Blackberry Curve.
Tetapi perang antara RIM dan Apple dalam memasarkan Blackberry dan iPhone memberikan alternatif pembeli untuk memperoleh Blackberry RIM dengan harga jauh lebih ekonomis, bahkan setara dengan gadget serupa produksi lokal atau Cina. Seperti di Indonesia saat ini, di pasar global Blackberry mulai mendapatkan tantangan dari Apple iPhone di pasar smartphone. Baru-baru ini di Amerika Serikat, Apple iPhone 3G dirilis dengan harga US$ 99 setelah disubsidi. RIM beraliansi dengan Verizon, salah satu operator telekomunikasi terkemuka di Amerika Serikat, merespon dengan meluncurkan Blackberry Storm dengan harga senilai US$ 99 atau turun 50% dari harga sebelumnya, dengan mekanisme penawaran “Buy One, Get One Free”.
Fenomena price war ini sangat menarik bagi kita untuk belajar marketing dan sharing marketing ideas. Bahkan pada bulan ini, menurut consumerreports.org, T-Mobile meluncurkan paket baru Blackberry Curve 8520 seharga US$ 50. Dengan asumsi kurs US$ 1 sekitar 10.000 rupiah, maka harganya “hanya” sekitar 500.000 rupiah. Harga ini bahkan lebih rendah dari smartphone produksi Cina atau Korea. Di Amerika Serikat paket HTC Touch Pro dan Samsung Omnia pada paket bundling dengan layanan dari Verizon dijual pada harga US$ 100. Pada kuartal pertama tahun ini, penjualan Apple iPhone berada di posisi kedua penjualan smartphone di Amerika Serikat, terus membuntuti Blackberry Curve yang masih memimpin. Sedangkan posisi ketiga diisi oleh Blackberry Storm (hasil riset NPD Group).
Salah satu tujuan penurunan harga Blackberry tersebut, tentunya untuk mempertahankan market share dengan berusaha meningkatkan jumlah penjualan, mengantisipasi serangan kompetitor. Tetapi pola pricing dari T-Mobile tersebut juga mengantisipasi customer lifetime value-nya dengan memperpanjang periode kontrak berlangganan dan meningkatkan biaya paket penggunaan bulanan pada jumlah tertentu. T-Mobile menyediakan paket berlangganan unlimited seharga US$ 125 per bulan dengan komposisi US$ 100 untuk unlimited domestic voice, US$ 25 untuk unlimited Blackberry/Internet. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga penjualan Blackberry Curve-nya yang “hanya” US$ 50. Paket loyalty plan-nya pun masih lebih tinggi dari US$ 50, yaitu senilai US$ 85 yang ditujukan untuk pelanggan tertentu yang memenuhi syarat. Jadi dengan penawaran paket tersebut, selain berusaha meningkatkan jumlah customer base-nya, mereka juga mencoba mempertahankan customer base dari serangan kompetitor dengan menciptakan switching barriers.
Latar belakang lain penurunan harga Blacberry Curve oleh Verizon dan RIM adalah adanya rencana peluncuran model baru Blackberry (Storm 2) yang diprediksi akan dirilis bulan November tahun ini. Dalam forum online pelanggan Verizon (forums.verizon.com), beberapa pelanggan sudah mampu membaca hal ini, karena pola penurunan harga paket Blackberry biasanya memang hampir selalu terkait munculnya model atau tipe baru dua sampai tiga bulan kemudian. Sehingga mereka mempunyai waktu beberapa bulan sebelum peluncuran model atau paket baru, yang dipergunakan untuk membersihkan inventori dari paket lamanya.
Bagaimanakah pendapat Anda mengenai respon dari Blackberry terhadap serangan kompetitornya tersebut? Please share your marketing ideas @ my marketing blog http://kopicoklat.com dan belajar marketing bersama di blog ini.
Jadi inget perang tarif komunikasi di Indonesia… 😀
Buat kita para konsumen, cobranding memang biasanya lebih menguntungkan. Cuman kita mesti hati-hati memilih produk dan layanannya. Tak semua cocok dengan gaya hidup kita. Jangan sampai gaya hidup kita yang diadjust pada produk dan layanan baru… 😀
Verizon sudah jadi partner strategis RIM dalam berhadapan dengan Apple iPhone, tetapi di Indonesia harga iPhone yang lebih tinggi dari Blackberry pada umumnya dan masuk ke pasar setelah moment emas Blackberry membuat penetrasinya belum sehebat Blackberry. Masalah gaya hidup, saya termasuk yang belum terpengaruh gaya hidup Blackberry, di samping pertimbangan daya beli he… he… 🙂
Gimana .. apa mau mempertimbangkan FlexBerry by Nx yang udah mluncur atau by Zte yg kabarnya Okt mendatang mluncur ?
Inget enggak gimana BB ini tiba-2 melejit ?.. mungkin ini seperti yang disampaikan malcolm galdwell di salah satu bukunya yang terkenal itu ya “Tipping point”. Karena BB itu terkenalnya juga seperti epidemi, epidemi sosial. Iya tho ?.. penularan dimulai dari si Obama yg terkenal krn berhasil jadi presiden, kedua perubahan kecil bermula dari ketahuannya obama oleh wartawan pas lagi main BB , dan ketiga, ketiga perubahannyapun tidak bertahap tetapi dramatis.. wuss langsung melekat dan ini juga nge-link dengan konsep many 2 many-nya hermawan tho ?
Kalo sekarang BB mau nurunin harga, mungkin juga diantaranya karena memang ini adalah karena faktor moment.. dengan pas berada dikondisi puncak, memang seharusnyalah dilakukan seperti itu. otomatis customer base pasti akan langsung tinggi, community semakin berkembang.
Kita tahu kalau BB itu sebenarnya main di konten (walau dikemas ke HP), nah setelah customer base berkembang maka dia akan lebih lancar lagi memainkan content-nya yang saya rasa sebenarnya mungkin nanti BB akan lebih banyak meniru konsepnya i-phone deh,.. kita tunggu saja.
Saya pribadi Alhamdulillah sudah meninggalkan Bedak BB ini.. hehe. Soalnya ternyata secara content tidak banyak manfaatnya, sama sekali tidak usefull. Tidak ada apa-apanya bila dibanding dengan PDA (apalagi sama CDMA). Orang Indon khan karena suka dengan trend saja,.. ikut-ikutan tanpa perlu mengerti tentang kebutuhan.. :-))
Analisa yang tajam, bos. Imho BB memang bermain content, tetapi dalam satu kemasan lengkap yang terdiri dari HP (CPE), content dan networknya (kerjasama dengan telco operator). Integrasi ketiganya ini memegang peranan penting dalam menciptakan hype dari layanan BB. Ulasannya bisa juga dilihat tulisan terdahulu di blog ini: Demam Buah di Gadget Market?
aduh mas..saya suka marketing tapi kok ketinggalan info terus ya..hee..he.. bagus bgt infonya..mari belajar…
Thank’s, saya juga masih belajar niy ….
JAKARTA (IFT) – PT Research In Motion Indonesia menargetkan 10% penjualan smartphone BlackBerry terdistribusi ke luar wilayah Jawa. Vendor smartphone yang berbasis di Kanada tersebut siap memperluas pemasaran di kota-kota besar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Selengkapnya di http://www.ifinance-today.com/read/5037/RIM-Fokus-Tingkatkan-Penetrasi-di-Luar-Jawa
Rahasia Kesuksesan BlackBerry
Hampir seluruh eksekutif dan profesional muda kita sangat terpukau dengan kehadiran BlackBerry, ponsel cerdas dengan kemampuan push e-mail dan komunikasi via Internet yang sangat bermanfaat untuk membantu kesibukan mereka. Kalaupun belum menggunakannya, hampir semua dari mereka pernah mempertimbangkan atau mengidamkan untuk memilikinya. Bahkan kini telah muncul istilahCrackberry di kalangan profesional (‘crack’ adalah julukan salah satu narkoba) untuk menggambarkan perangkat telepon yang bisa membuat kecanduan penggunanya ini. BlackBerry adalah salah satu contoh bagaimana sebuah inovasi di bidang ICT bisa melanda dunia dengan sangat cepat.
Selengkapnya di : http://www.ithb.ac.id/kolom_detail.php?id=34&code=&PHPSESSID=5c50589468143525d4a9efda3aac9f83