Customer loyalty merupakan bagian dari value dari proses marketing yang penting. Mari kita coba share marketing ideas mengenai customer loyalty dan tantangannya untuk belajar marketing. Berapa dari kita yang menggunakan credit card, secara aktif melakukan cek poin reward? Berapa yang kemudian dengan aktif dan konsisten menukarkan poin reward tersebut dengan hadiah? Apakah bila ada provider credit card lain yang memberi penawaran bebas iuran tahunan untuk tahun pertama dan diskon langsung di beberapa merchant, misalnya sejumlah restoran favorit dan toko elektronik ternama, kita tetap bertahan, loyal kepada provider existing, karena sudah ada program poin reward dari provider existing?
Saya coba search beberapa artikel marketing di internet, dan saya belum mendapatkan cerita sukses akhir-akhir ini dari customer loyalty program dengan model ini.
Program mileage atau frequent flyer dari berbagai maskapai penerbangan pun kini menghadapi tantangan baru, sehingga dituntut marketing ideas untuk mengantisipasi tantangan tersebut. Low fares airlines menjadi fenomena baru di industri penerbangan komersial. Tehran Times, dalam laporannya tanggal 25 Juli 2009, menyebutkan bahwa Singapore Airlines semakin kehilangan pelanggan loyalnya karena adanya persaingan dari low fares airlines, atau yang mereka sebut dengan ”McDonald’s Model Carriers”. Singapore airlines diprediksi akan membukukan profit tahunan paling buruk dalam dua dekade terakhir, sebagai efek dari kehilangan banyak pelanggannya. Di sisi yang lain, Jetstar Asia dan Air Asia terus menambah pesawat-pesawatnya dengan pesawat baru karena market share yang tumbuh dua kali lipat sejak 2005.
Sebuah penelitian terhadap Tesco, international supermarket chain yang bermarkas besar di Inggris, menunjukkan bahwa Tesco Club Card sudah tidak efektif dalam lingkupnya sebagai customer loyalty program. Loyalitas pelanggan lebih ditentukan oleh kondisi dan lokasi dari supermarket yang mampu memenuhi ekspektasi pelanggan.
Seorang pakar marketing yang punya banyak pengalaman dalam melakukan customer loyalty program sehingga kita bisa banyak belajar marketing, Peter G. Wray, juga menyebutkan bahwa cara-cara lama dalam customer loyalty program sudah tidak ampuh lagi.
Apakah memang customer loyalty program dengan metode lama sudah kehilangan kesaktiannya? Dari rekomendasi hasil penelitian terhadap Tesco Club Card yang telah disebutkan di atas, memang perlu dilakukan transformasi terhadap Tesco Club Card agar kembali efektif. Peter G. Wray juga mengusulkan perlunya skema baru dari customer loyalty program yang berbasis pada permission marketing. Dan kuncinya adalah pada customer perceived value. Dalam teori Service Relativitiy, rumus dari customer perceived value (V) sama dengan result (R) dikurangi ekspektasi (E), atau V = R – E. Kumar & Tushoo dalam tulisannya mengani customer loyalty program di abad ke-21, merekomendasikan pemanfaatan teknologi tinggi untuk meningkatkan customer experience. Customer loyalty program juga diarahkan untuk melibatkan experiential reward sebagai diferensiasi dan antisipasi terhadap kebosanan pelanggan terhadap cara lama dari program loyalitas.
What do you think? Bagaimana sebetulnya cara yang ampuh untuk memperoleh customer loyalty program yang efektif? Please share your opinions and marketing ideas @ http://kopicoklat.com dan belajar marketing bersama di blog ini.
Bagaimana sebetulnya cara yang ampuh untuk memperoleh customer loyalty program yang efektif?
Sebagai orang yang awam di bidang marketing, namun bukan awam sebagai konsumen. Ada satu cara ampuh untuk memperoleh customer loyalty program yang efektif adalah “Serangan hadian Surprise (mendadak)” artinya dengan program hadiah yang tidak disangka2x konsumen.
Ada program reward konsumen yang konsumen sudah tahu secara regular dan ada program reward konsumen yang tidak menyangka kl ternyata konsumen pada reward tertentu berhak atas hadiah itu.
Ini akan menimbulkan pengalaman yang kuat bisa menjadi kenangan bagi konsumen. Pengalaman yang baik (menjadi kenangan) merupakan modal awal kuat untuk membina loyalitas konsumen 🙂
Suer ndak mudheng dengan rumus yang diakhir itu. Tp tulisan ini mengingatkan ke Makro dan others big supermarket.
BTW, kapan-kapan bahas etnografi dong.
Cerdas! Apalagi sekarang konvergensi teknologi telekomunikasi, informasi dan media membuat berbagai jenis layanan yang tidak terbayangkan sebelumnya bisa diwujudkan. Jacky sebagai jago IT pasti menguasai hal ini. Sebagai contoh, location-based services memungkinkan kita memberikan reward kepada pelanggan sesuai dengan aktivitas sehari-harinya. Bila kita mengenali pelanggan sering mengaktifkan koneksi internetnya di salah satu cafe, bisa saja saat dia berada di cafe tersebut, muncul SMS di hp-nya bahwa dia mendapatkan voucher sejumlah tertentu di cafe tsb. Saya kira ini inline dengan experiential customer reward yang sempat disebut di tulisan tsb.
Tks Om Wel, okay saya coba setelah ini bahas etnografi. Atau kalau Om Wel punya opini atau materi yang mau disampaikan please send it to me & akan saya terbitkan di blog ini. Gmn?
Om Wel, ijin buat pasang link ke blog Welly di blog ini ya…. Tks.