Setelah memiliki kebiasaan menulis tentang Firman Tuhan di halaman web Pelita dan Terang Kehidupan, ada 2 (dua) perasaan yang meliputi diri penulis yaitu serasa sedang mengubah kelemahan menjadi kekuatan dan sekaligus sedang diliputi perasaan sedang menulis bab 29 yang merupakan kelanjutan dari bab terakhir di dalam Kisah Para Rasul.
Mengubah kelemahan menjadi kekuatan.
Kemajuan teknologi dan kemajuan media sosial membuat kita banyak mengalami kemudahan dalam banyak hal tetapi kita juga mengalami banyak kerugian karena kita menjadi tidak begitu tangguh dalam menghadapi serangan-serangan tekanan hidup. Tekanan-tekanan hidup itu menyebabkan emosi negatif menjadi berlimpah yang bila dibiarkan akan menimbulkan ancaman berbagai macam penyakit fisik. Emosi negatif itu sifatnya panas, mulai dari prasangka kemudian masuk ke dalam pikiran, dan akhirnya dapat merusak organ-organ tubuh. Secara teori, emosi negatif ini dapat diolah dan kemudian diubah menjadi energi positif untuk masuk ke dalam ketangguhan jiwa melalui terapi menulis.
Maka dengan menulis Firman Tuhan ini penulis memiliki harapan mampu mencegah atau mengurangi dampak buruk dari limpahan emosi negatif yang sangat merugikan dan mengubahnya menjadi energi positif yang dapat mendorong ke level kualitas diri yang lebih tinggi. Menulis mempunyai daya ubah untuk mempengaruhi dan mengubah dari sisi kognitif, sisi perasaan maupun perilaku. Membuat diri sendiri bertumbuh dan berubah ke arah yang lebih baik, lebih tangguh.
Itulah kenapa penulis bukan hanya menulis kisah-kisah di dalam Alkitab dan kisah kasih Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tetapi kadangkala menyisipkan tulisan tentang kelemahan dirinya sendiri. Karena dengan menulis tentang diri sendiri membuat kita melihat diri kita dengan lebih fokus dan lebih jelas sehingga bisa mengenal diri sendiri. Tidak sibuk menilai kelebihan dan kekurangan orang lain. Dengan melihat kelemahan diri sendiri yang kemudian dicoba dirangkul dengan menulis harapannya adalah agar menjadi lebih kuat, bertumbuh dan berbuah. Jadi luka batin atau emosi negatif itu sebenarnya merupakan potensi diri atau sumber energi untuk berkarya sesuai dengan talenta masing-masing, dan salah satunya adalah dengan menulis.
Menulis Kisah Para Rasul Bab 29.
Alkitab merupakan kumpulan tulisan suci dengan ilham Roh Kudus yang berasal dari waktu penulisan yang berbeda oleh penulis yang berbeda dan lokasi yang berbeda, dimulai sejak Perjanjian Lama. Dan sekarang pada era digital ini penulis melanjutkan menulis tentang Alkitab.Kel 24:4
Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan paginya ia mendirikan mezbah di kaki gunung itu dan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
Luk 24:27
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab Nabi-nabi.
2 Tes 3:17
Salam dari aku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: Beginilah tulisanku.
Tulisan kabar gembira Pelita dan Terang Kehidupan pada halaman web ini sebagian besar adalah hal-hal yang sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam alam pikiran penulis sehingga menyebabkan penulis pernah tersesat seperti domba yang hilang. Maka melalui tulisan ini penulis berharap dapat menekan jumlah domba yang hilang.
Kisah Para Rasul merupakan kelanjutan dari injil yang dimulai dari penyampaian perintah (janji) turunnya Roh Kudus kepada para para rasul yang dipilih-Nya (Kis 1:2) dan diakhiri pada bab 28 (Kis 28:30-31) ketika Rasul Paulus ditangkap di Yerusalem dan tiba di Roma.Kis 1:2
sampai pada hari Ia diangkat ke surga. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya melalui Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya.
Kis 28:30-31
Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri; ia menerima semua orang yang datang kepadanya.
Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.
Mengapa Kisah Para Rasul ini tidak ditutup oleh penulis Lukas dengan hukuman mati Paulus, tetapi seolah-olah tidak terjadi apa-apa atau tanpa rintangan apa-apa? Padahal kita tahu setelah Rasul Paulus ditangkap di Yerusalem, dia kemudian dibawa ke Roma dan dihukum mati di Roma. Lalu mengapa Kisah Para Rasul ditutup bukan dengan teks penutup tertutup (hukuman mati Paulus) melainkan ditutup dengan teks penutup terbuka (seolah-olah tidak terjadi apa-apa)?Rasul Paulus mengalami banyak rintangan dalam pelayanannya. Perjalanan misi Paulus memberitakan injil dari Misi Ke-1 sampai Misi Ke-3 dilakukan dengan berjalan kaki berpindah dari satu tempat ke tempat lain diperkirakan total sepanjang 9.000 km (diluar perjalanan laut) dengan penuh rintangan.
2 Kor 6:4-5
Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dengan penuh ketabahan dalam penderitaan, kesengsaraan, dan kesukaran,
dalam menanggung pukulan, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga dan kelaparan;
2 Kor 11:23-27
Apakah mereka pelayan Kristus? — aku berkata seperti orang gila — aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; menanggung pukulan di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
Lima kali aku menerima cambukan dari orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.
Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,
Menulis pada era digital tentunya relatif lebih mudah, murah dan tanpa rintangan dibanding para nabi dan para rasul yang hidup pada jaman Mesir Kuno sampai dengan peradaban Yunani-Romawi yang harus menulis dengan menggunakan papyrus.
Penutup terbuka pada Kisah Para Rasul dimaknai bahwa keberlangsungan Gereja tidak berhenti atau berakhir ketika Paulus dibunuh di roma, tetapi berakhir di dalam kitab Wahyu sebagai akhir dari sejarah keselamatan yang diyakini sebagai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua (parousia). Kapan waktunya dan bagaimana kejadiannya tidak ada seorangpun yang tahu.Why 21:1-27 Langit yang baru dan bumi yang baru
Jadi melalui situs ini, tulisan Pelita dan Terang Kehidupan dapat dengan mudah diakses dan dibagikan kepada siapapun tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan tanpa menemui rintangan yang berarti. Penulis berharap dapat mengambil bagian dalam memaknai keberlangsungan Gereja di dalam Kisah Para Rasul dengan melanjutkan Bab Terakhir di dalam Kisah Para Rasul.
Tahap sejarah Gereja adalah tahap sejak Yesus naik ke surga sampai kepenuhan waktu. Itulah mengapa Lukas menulis Kisah Para Rasul dan berakhir pada bab 28 dengan penutup terbuka. Artinya kita semua sebagai anggota Gereja bertanggung jawab dalam mengisi atau menulis ayat (teks) selanjutnya sesuai dengan talenta masing-masing, dimulai dari bab 29 dst sampai kitab Wahyu menjadi kenyataan.
Maka tulisan Pelita dan Terang Kehidupan bertujuan untuk memberitakan kabar gembira Kerajaan Allah dan tentang Tuhan Yesus di dalam era masyarakat digital 5.0 yang relatif tanpa menemui rintangan secara fisik, melanjutkan perjuangan para rasul.
Kis 28:31
Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.
Insiprasi dari: Kardinal Ignatius Suharyo, Rm. Yohanes Yupilustanaji Apgrianto, Pr., dan YM Seto Marsunu, M.Th
PTK.0003