Akhir-akhir ini saya banyak menemukan artikel marketing yang mengulas Nokia vs Blackberry. Tetapi dalam belajar marketing melalui studi kasus marketing kali ini saya lebih tertarik untuk sharing marketing ideas dalam kebut-kebutan antara Blackberry dan iPhone. Dari laporan lembaga riset Gartner, pada tabel di bawah ini,, tampak bahwa pertumbuhan di pasar Smartphone menjadi milik HTC, RIM dan Apple. Tetapi bila dilihat market share-nya, maka tampak ”perseteruan” paling seru terjadi antara RIM Blackberry dan Apple iPhone. Market leader masih menjadi milik Nokia, tetapi dengan pertumbuhan 4,4% atau jauh dari ketiga pesaing terdekatnya, maka bila tidak ada perubahan signifikan, posisinya di puncak akan semakin lemah.
Banyak hal unik bila kita mencermati kebut-kebutan penjualan antara RIM Blackberry dan Apple iPhone. Sehingga banyak hal bisa jadi bahan bagi kita untuk belajar marketing dan sharing marketing ideas melalui studi kasus marketing tersebut. Salah satunya, keduanya mengandung unsur buah-buahan di brand yang menjadi mesin pertumbuhannya. RIM mengusung buah Blackberry, sedangkan buah Apple merupakan corporate brand yang menaungi iPhone.
Hal unik berikutnya adalah bisnis model serupa yang dikembangkan keduanya, yang juga membedakannya dengan Nokia yang mulai keteteran dalam mengejar pertumbuhan para pesaingnya tersebut. Bisnis model Blackberry dan iPhone adalah bisnis yang menggabungkan device, network dan application atau content seperti yang pernah dibahas dalam tulisan sebelumnya: “Demam Buah di Gadget Market?”. Apple, sebelumnya memang sangat berhasil dalam mengembangkan ekosistem iTunes. Eksosistem ini menggabungkan device audio & video player iPod dengan content berupa berbagai macam musik dalam format digital di iTunes yang dihubungkan melalui koneksi jaringan internet. Ekosistem inilah yang membuat iPod dan iTunes sangat sulit untuk disaingi, walalupun setelah iPod banyak sekali mp3 player atau mp4 player diproduksi dengan berbagai merk dan harga yang jauh lebih murah. Apple iPhone pun dikembangkan dalam business model yang serupa, menantang Blackberry.
Business model ini menjadi salah satu key success factor Blackberry dan iPhone. Dari sebuah artikel di cnn.com baru-baru ini mengungkap adanya kemungkinan rencana iPhone untuk melebarkan sayap untuk menggandeng Verizon di pasar Amerika Serikat. Selama ini AT&T menjadi partner ekslusif iPhone untuk menyediakan layanan di Amerika Serikat. Rumor ini berkembang setelah terciumnya rencana iPhone untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai “worldmode”. Sistem ini diharapkan akan menjembatani keterbatasan iPhone yang menggunakan teknologi W-CDMA (UMTS) yang tidak kompatibel dengan jaringan Verizon yang berbasis teknologi CDMA2000. Apalagi kontrak kerjasama eksklusif iPhone dengan AT&T akan berakhir tahun depan (2010). Verizon adalah pesaing terdekat AT&T pada pasar wireless di Amerika Serikat. Akhir tahun 2008, Verizon memimpin pasar dengan market share sebesar 30%, hanya berselisih 1% dengan AT&T dengan market share 29%.
Pada umumnya Apple iPhone ditawarkan dengan harga di atas Blackberry. Pada posting sebelumnya, ”Blackberry Baru, 500 ribu-an. Tertarik?”, tampak bahwa RIM memulai lateral marketing, mencoba memasuki segmen-segmen baru, untuk terus berpacu menantang iPhone di jalur cepat pertumbuhan pasar smartphone. Salah satunya dengan bermain di pricing. Dari beberapa sumber, tampak kebijakan pricing Blackberry memang lebih berani dibandingkan Apple iPhone. Tetapi tampaknya brand Apple membuat para pengusung iPhone tidak gentar dengan tantangan Blackberry tersebut. Brand Apple memang identik dengan desain yang unggul. Begitu juga dengan iPhone. Walaupun iPhone bukan pelopor di smart phone dan juga bukan first mover di touch phone, tetapi desainnya yang unggul memang menawarkan user interface yang sangat menarik. Unicom, wireless carrier terbesar kedua di China setelah China Telecom, pun yakin bahwa iPhone yang diusungnya akan menjadi nomor 1 di pasar Smartphone di China walaupun harga yang ditawarkannya sekarang masih sangat tinggi. Unicom menawarkan paket iPhone dengan harga sangat tinggi, 7.999 yuan atau sekitar US$ 1.172. Bandingkan dengan paket iPhone di Amerika yang ditawarkan dengan harga US$ 299.
Yang perlu menjadi perhatian Blackberry adalah inisiatif Apple untuk mengoptimalkan ekosistem iTunes dalam jaringan iPhone. Dengan memanfaatkan ekosistem iTunes, Apple menyediakan appstore, mengembangkan jaringan content developer dengan sangat pesat karena didukung sistem billing yang sederhana dan application programming interface yang sangat mendukung para content developer dalam mengembangkan content. Seperti diuraikan di atas content adalah elemen penting dari business model Blackberry dan iPhone. Apple sukses mengembangkan mobile marketing dengan ekosistem tersebut. Tetapi tampaknya Blackberry sangat waspada akan hal tersebut. Blackberry sudah merespon dengan mengembangkan Blackberry Advertising service, sebuah platform layanan yang menawarkan layanan advertising terintegrasi dengan jaringan Blackberry.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Blackberry mampu menjawab tantangan iPhone dalam kebut-kebutan di pasar smart phone? Mari sharing marketing ideas di http://kopicoklat.com dan belajar marketing bersama di blog ini dengan mengurai studi kasus marketing Indonesia dan internasional.